Mitra BLUD
Berbasis Teknologi

TPST Tabalong dan Tantangan Membangun Sistem Pengolahan Sampah Modern

Kabupaten Tabalong tengah melangkah ke fase penting dalam pengelolaan sampah. Dalam kunjungan kerja yang dilaksanakan awal 2025, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kalimantan Selatan bersama Pemerintah Kabupaten Tabalong melakukan review terhadap Detail Engineering Design (DED) pengembangan Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST). Upaya ini ditargetkan mampu mengurangi timbulan sampah hingga 60 persen, sebuah angka yang mencerminkan keseriusan daerah dalam membenahi sistem yang selama ini bertumpu pada TPA konvensional.

Langkah ini penting, karena TPST tidak sekadar fasilitas teknis, tetapi juga representasi dari transisi cara pandang terhadap sampah: dari beban yang dibuang ke potensi yang dikelola. Rencana TPST Bongkang mencakup teknologi pretreatment dan post-treatment yang lengkap mulai dari pemilahan awal secara manual, rotary screen untuk organik, conveyor belt untuk bahan layak jual, hingga pengeringan, pencacahan, dan produksi RDF serta kompos.

Namun pembangunan fasilitas saja tidak cukup. Sebagai konsultan yang aktif dalam isu pengelolaan sistem persampahan daerah, Syncore Indonesia menilai bahwa pengembangan TPST seperti di Tabalong harus didukung oleh tiga fondasi utama: sistem, kapasitas, dan kelembagaan. Agar TPST dapat berfungsi secara optimal, dibutuhkan sistem yang jelas dan terstruktur meliputi SOP operasional, neraca massa, integrasi alur logistik, serta mekanisme monitoring kinerja. Keberhasilan pengoperasian teknologi seperti rotary dryer, shredder, dan hammer mill juga sangat bergantung pada kapasitas teknis dan manajerial yang memadai. Selain itu, keberadaan unit pengelola yang memiliki tanggung jawab penuh dan berorientasi hasil akan memastikan keberlanjutan operasional fasilitas secara konsisten dan efektif, meskipun tidak selalu berbentuk BLUD.

TPST juga harus dipandang sebagai bagian dari sistem layanan publik berbasis data, bukan sekadar bangunan. Karena itu, pengembangan TPST yang menggunakan skema pembiayaan luar negeri seperti dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), idealnya disertai pula dengan penyusunan rencana bisnis, skema biaya operasional, dan strategi distribusi produk olahan, apakah berupa kompos, RDF fluff, atau bahan daur ulang lainnya.

Dengan pendekatan seperti ini, TPST Bongkang berpotensi menjadi model bagi daerah lain: bukan hanya dalam hal desain teknis, tetapi juga dalam bagaimana sebuah sistem pengolahan sampah dibangun dengan landasan yang matang baik dari aspek teknologi, SDM, maupun kesinambungan operasional. Tabalong telah mengambil langkah penting, dan kini saatnya memastikan bahwa langkah itu mengarah pada sistem yang benar-benar berjalan. Karena pengelolaan sampah yang efektif tidak berhenti di gerbang TPST saja dan harus dimulai dari sistem yang terstruktur, dijalankan oleh tim yang paham, dan berorientasi pada manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat.

Ingin Sistem Pengelolaan Sampah di Daerah Anda Lebih Efektif dan Bernilai Ekonomi?

Ikuti Webinar Nasional: Mengubah Sampah Menjadi Emas
Diselenggarakan oleh Syncore Indonesia!

  • Strategi komprehensif pengelolaan sampah berbasis teknologi dan ekonomi sirkular
  • Narasumber ahli kelembagaan dan manajemen persampahan
  • Dapatkan e-sertifikat, e-book eksklusif, dan konsultasi 1 bulan
  • Akses rekaman video webinar

Rabu, 18 Juni 2025

  • 🕐 Pukul 13.30–15.00 WIB | Media: Zoom
  • 💰 Investasi: Rp 500.000 (diskon 50 pendaftar pertama)

PROMO AFFILIATE (daftar 5 orang, gratis 1!)

  • 📲 Hubungi sekarang: 081-804-900-800
  • Info lengkap: www.blud.id | IG: @syncore.blud

“Segera daftarkan diri Anda dan pelajari bagaimana sampah bisa menjadi sumber daya bernilai, bukan lagi beban lingkungan!”

TPST Tabalong dan Tantangan Membangun Sistem Pengolahan Sampah Modern 2

Sumber: 
https://ciptakarya.pu.go.id/berita-detail?14289

Jumlah Viewer 56 views
Scroll to Top