Sebagai jantung segitiga karang dunia, Raja Ampat tak hanya dikagumi karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keberhasilannya menjaga kelestarian kawasan laut melalui tata kelola yang inklusif. Pengelolaan kawasan konservasi di wilayah ini telah menjadi contoh baik di tingkat nasional. Hal inilah yang mendorong Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara untuk menginisiasi kunjungan studi ke Raja Ampat, sebagai bagian dari upaya memperkuat kelembagaan dan pengelolaan konservasi laut berkelanjutan di daerahnya.
Rombongan peserta terdiri dari perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan, UPTD Balai Kawasan Konservasi Perairan Daerah, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Inspektorat, Biro Hukum, Biro Perekonomian, serta Konsultan BLUD dari Syncore Indonesia. Selama kunjungan, peserta menggali praktik baik konservasi melalui diskusi langsung dengan pengelola BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat, serta meninjau pengelolaan wisata berbasis masyarakat di lokasi-lokasi konservasi prioritas.
Mengupas Strategi BLUD Konservasi di Raja Ampat
Tim dari Maluku Utara mempelajari bagaimana pendekatan BLUD diterapkan untuk pengelolaan kawasan konservasi. Mulai dari proses penetapan, regulasi internal, mekanisme pengelolaan anggaran non-APBD, hingga pelaporan dan monitoring kinerja, semua dipaparkan secara terbuka. Model BLUD memungkinkan pengelolaan yang lebih fleksibel, responsif, dan akuntabel.
Pemimpin BLUD Raja Ampat, Bapak Syafri, menjelaskan bahwa pengelolaan kawasan konservasi memerlukan sistem yang adaptif dan pendekatan yang aplikatif. “BLUD itu bukan sekadar status, tapi cara kerja yang membuat pengelolaan kawasan lebih lincah dan terukur. Tantangannya ada, tapi dengan sistem yang tepat dan keterlibatan semua pihak, semuanya bisa dijalankan,” ungkapnya. Ia juga menegaskan pentingnya membangun kepercayaan publik. “Jika masyarakat percaya pada sistem ini, maka mereka akan ikut menjaga. Transparansi dan pelayanan adalah kunci agar kepercayaan itu tumbuh,” tambahnya.
Belajar Langsung di Lapangan dari Piaynemo dan Arborek
Tidak hanya berdiskusi dengan pengelola BLUD, namun Tim Maluku Utara juga melihat langsung praktik pengelolaan wisata berbasis konservasi di Piaynemo dan Arborek. Di kedua lokasi ini, kelompok masyarakat berperan aktif dalam mengelola dan menjaga kawasan. Sistem kuota kunjungan wisatawan diterapkan secara ketat, termasuk SOP aktivitas seperti snorkeling dan diving yang mengikuti daya dukung lingkungan.
Piaynemo dikenal karena kelompok geosite-nya yang berhasil mengelola kunjungan secara mandiri dan efisien. Sementara Arborek menunjukkan bagaimana zona wisata bawah laut bisa diatur dengan pendekatan konservasi yang ketat namun tetap ramah wisatawan. Keterlibatan masyarakat lokal tidak hanya memberi efek positif bagi konservasi, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan. Pendekatan ini menjadi bagian penting dalam mewujudkan konservasi laut berkelanjutan yang berbasis komunitas.

Membawa Pulang Inspirasi untuk Maluku Utara
Rangkaian kegiatan diakhiri dengan refleksi dan perumusan tindak lanjut. Penguatan kelembagaan melalui BLUD, peningkatan kapasitas pengawasan kawasan, serta sinergi dengan kelompok masyarakat menjadi tiga hal utama yang dibawa pulang sebagai inspirasi. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat arah kebijakan konservasi laut berkelanjutan di Maluku Utara, dengan menyesuaikan praktik yang telah terbukti efektif di Raja Ampat.